Bondowoso — Siber Nusantara.co.id
Ribuan pasang mata tertuju pada Pondok Pesantren Al-Islah di Kabupaten Bondowoso, Selasa (6/5), ketika Ketua MPR RI, Dr. H. Ahmad Muzani, menghadiri kegiatan Halal Bihalal, Silaturahim Nasional bersama alim ulama, serta Kajian Kebangsaan dan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Acara berlangsung khidmat dan penuh semangat kebangsaan, dengan dihadiri lebih dari 500 peserta dari berbagai lapisan masyarakat dan tokoh penting daerah.
Kegiatan yang dimulai pukul 11.35 WIB tersebut dihadiri tokoh-tokoh penting seperti Asisten I Sekdaprov Jatim, Bupati Bondowoso K.H. Abd. Hamid Wahid, Dandim 0822 Letkol Arh. Achmad Yani, Kapolres Bondowoso, serta Pengasuh Ponpes Al-Islah K.H. Thoha Yusuf Zakariya Ma’shum, Lc. Rangkaian kegiatan dimulai dari penyambutan, sambutan tokoh daerah, hingga pemaparan langsung oleh Ketua MPR RI tentang pentingnya penguatan nilai-nilai kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dalam sambutannya, K.H. Thoha Yusuf menekankan pentingnya kepemimpinan yang kuat dan istiqomah dalam menjalankan amanah negara. Beliau menyampaikan bahwa para santri dan ulama di Bondowoso mendukung penuh kebijakan pemerintah, seraya meneladani semangat juang para pendiri bangsa. Sementara itu, Bupati Bondowoso mengajak seluruh masyarakat untuk mempererat ukhuwah dan berdoa agar daerah mereka menjadi kabupaten yang berkah dan sejahtera.
Pada sesi inti, Dr. Ahmad Muzani menekankan peran penting ulama dan pesantren dalam membumikan nilai-nilai Pancasila dan mengawal pembangunan. Ia menyebut kemiskinan dan perjudian sebagai musuh utama bangsa yang harus diberantas. Beliau juga menyoroti kebijakan terbaru seperti penghapusan utang UMKM, kemudahan subsidi pupuk, serta kontrol distribusi gabah demi kesejahteraan petani.
Lebih lanjut, Ketua MPR RI menjelaskan tentang empat pilar kebangsaan yang meliputi Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai fondasi dalam menjaga persatuan. Ia juga menegaskan dasar hukum pelaksanaan sosialisasi pilar-pilar tersebut, menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi bagian dari penguatan karakter kebangsaan masyarakat.
Acara ditutup dengan doa bersama dan penyerahan cinderamata sebagai bentuk apresiasi. Kegiatan ini membuktikan bahwa sinergi antara ulama, pemerintah, dan rakyat adalah pondasi penting dalam menjaga keutuhan dan kemajuan Indonesia.
(pen22)